Rabu, 20 April 2011

by kahlil gibran

kekasihku,
cinta adalah bara api yang melalap hati manusia
aku teringat sewaktu awal kali berjumpa denganmu, lalu kau ku kenal selama bertahun-tahun
dan akupun tetap teringat kendati perpisahan suatu waktu pasti tiba
lantaran perpisahan tidak akan sanggup memisahkan cinta kita

kekasihku,
apakah engkau masih ingat saat ditepi aliran sungai
kita duduk dan saling memandang ?...........................
apakah engkau sadar, saat itu matamu bercakap
kepadaku dan mengutarakan bahwa cinta yang engkau jalin bersamaku tidak lahir dari rasa iba atas kerendahan diriku
namun berasal dari keadilan cinta yang sejati :-)

-SENANDUNG-


aku adalah keras kepala penggoda, pencinta dan hakikat cinta
dan inilah hidupku dan beginilah aku hidup

sungguh salah jika mengira cinta datang dari persahabatan dan lamanya perkenalan
cinta adalah musim semi yang sial dari perasaaan jiwa
 
disinilah cinta mulai menggubah prosa kehidupan kedalam hymne nyanyian
disinilah kerinduan cinta menanggalkan kebimbangannya
sebagaimana pandangan pertama dari mata sang kekasih, laksana benih yang ditaburkan di hati manusia, maka ciuman dari bibir kekasih adalah seperti bunga diatas ranting Pohon Kehidupan.
aku dan pantai adalah sepasang kekasih
didekatkan cinta dipisahkan birahi
ketika fajar, kulantunkan gairah cinta asmara pada telinga kekasihku
dan ia pun merengkuhku ke dalam dadanya
ketika sore, kulantunkan doa kerinduan dan ia pun menciumku dengan penuh kehangantan
ketika malam, sesekali aku terjaga dan menyanyi
nyanyian isi hati.......................
aroma bunga bercampur dengan angin sepoi-sepoi ketika kami memasuki kebun itu
duduk dengan tenang disebuah bangku dekat pohon melati
mendengarkan desahan alam yang tidur
dan dibawah langit biru dimana sepasang mata langit menyaksikan drama kami
sungguh nyanyian yang mensyaratkan isi hati terindah sepasang manusia ditengah keindahan cinta